Perjalanan Tak Terduga di Bank Indonesia
Semua bermula dari sesuatu yang terlihat sederhana: kewajiban kampus. Saat itu, aku hanya ingin menyelesaikan satu mata kuliah wajib, yaitu magang selama satu bulan. Tujuan yang jelas hanya untuk memenuhi persyaratan akademik. Tak lebih dari itu. Namun, takdir sering kali menyimpan kejutan. Dengan semangat mencoba, aku mengirimkan lamaran magang ke Bank Indonesia, lembaga yang selama ini hanya kukenal sebagai pemberi beasiswa kuliahku. Rasanya seperti menggabungkan dua dunia: dunia belajar dan dunia kerja.
Tak kusangka, satu bulan yang kukira hanya formalitas itu justru menjadi titik balik yang penting. Dari posisi anak magang, aku akhirnya dipercaya menjadi pegawai kontrak. Sebuah kepercayaan yang tak ternilai, mengingat aku baru saja menapaki dunia profesional. Aku ditempatkan di Tim Sistem Pembayaran, yang dalam waktu singkat sudah terasa seperti keluarga kedua. Mereka adalah sosok-sosok pekerja keras yang tak hanya cakap dalam pekerjaan, tapi juga hangat dalam mendampingi.
Di tim ini, tugasku cukup variatif namun menantang. Aku banyak berkutat di ranah administratif dan pengelolaan dokumen. Setiap hari, aku belajar mengelola arsip, menginput data ke sistem internal Bank Indonesia yang dikenal dengan nama BIRMS, serta menyusun dan memverifikasi berkas-berkas penting. Rutinitas ini mengajarkanku bahwa dalam dunia keuangan dan kebanksentralan, ketelitian adalah kunci. Sekecil apa pun kesalahan, bisa berdampak besar.
Namun, pengalaman di Bank Indonesia tidak hanya membuatku duduk diam di balik meja. Ada juga dinamika di luar ruang kantor. Aku beberapa kali dilibatkan dalam program sosialisasi kebanksentralan, seperti Cinta Bangga Paham Rupiah (CBPR). Dalam kegiatan ini, aku ikut menyampaikan edukasi keuangan ke pelajar dan masyarakat, mengenalkan peran Bank Indonesia secara menyeluruh, serta membangun literasi yang ramah dan membumi.
Salah satu momen paling membekas adalah ketika aku dipercaya terjun dalam pelayanan penukaran uang baru menjelang hari besar, seperti Idul Fitri dan Natal-Tahun Baru (Nataru). Melihat antusiasme masyarakat yang mengular di lokasi layanan membuatku merasa benar-benar hadir di tengah denyut ekonomi rakyat. Rasanya hangat sekali bisa membantu mereka menyiapkan uang pecahan baru untuk berbagi rezeki saat hari raya.
Tak berhenti di sana, aku juga mendapat kesempatan berharga untuk menjadi bagian dari event-event tahunan besar Bank Indonesia. Mulai dari Karya Kreatif Sumatera Utara (KKSU) yang mendukung UMKM lokal, hingga Festival Ekonomi Syariah (FESyar) yang membawa nilai-nilai spiritual ke dalam ranah ekonomi. Aku juga ikut dalam Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) yang mempertemukan pelaku industri, regulator, dan masyarakat digital.
Selain itu, kepercayaan juga datang dalam bentuk tugas dokumentasi dan pelaporan internal. Aku membantu membuat laporan kegiatan, mengambil dokumentasi lapangan, dan kadang terlibat dalam penyusunan materi komunikasi visual. Kemampuan desain dan komunikasi yang kupelajari saat menjadi pelajar benar-benar berguna di sini. Aku merasa seperti membawa seluruh bekalku ke dunia yang sebenarnya.
Di balik semua tugas itu, yang paling kuingat justru adalah suasana kerja yang sehat dan suportif. Tidak ada hierarki yang kaku, semua berjalan dalam semangat kolaborasi. Senior tidak ragu membimbing, rekan kerja saling menguatkan, dan atasan memberi ruang untuk berkembang. Di lingkungan seperti ini, aku merasa dihargai bukan karena titel, tapi karena kontribusi yang nyata.
Kini, saat menengok kembali perjalanan itu, aku sadar bahwa niat sederhana untuk menyelesaikan kewajiban kampus bisa berubah menjadi pintu karier yang luas. Di Bank Indonesia, aku tak hanya belajar tentang sistem pembayaran dan dokumentasi, tapi juga tentang tanggung jawab, kedisiplinan, dan kerja tim. Ini bukan sekadar tempat bekerja, tapi juga tempat bertumbuh.
Dan semuanya bermula dari satu langkah kecil: mendaftar magang karena kewajiban kampus. Siapa sangka, langkah kecil itu membuka jalan besar yang belum pernah kubayangkan sebelumnya. Karena dalam hidup, kadang kita tak perlu tahu apa yang akan terjadi, cukup ambil satu langkah dulu, dan biarkan (Allah) semesta menyiapkan sisanya.
Komentar
Posting Komentar