Perjalanan Awalku di Dunia Pemrograman
Perjalananku sebagai seorang programmer dimulai bukan dari ruang startup mewah atau bootcamp digital, melainkan dari ruang kecil organisasi mahasiswa. Di sanalah, tepatnya saat aku tergabung dalam GenBI Komisariat Universitas Negeri Medan (UNIMED), aku mendapat tantangan pertamaku: membuat sebuah website resmi untuk publikasi kegiatan dan identitas organisasi. Sebuah proyek sederhana, tetapi justru menjadi batu loncatan yang membuka pintu luas ke dunia pengembangan aplikasi digital.
Website tersebut bukan sekadar etalase digital, melainkan media dokumentasi, publikasi, dan transparansi organisasi. Melalui proyek itu, aku belajar banyak tentang struktur frontend, optimasi desain, hingga pentingnya user experience untuk pengunjung. Dari sinilah semangat membangun solusi berbasis kode tumbuh, dan aku memutuskan untuk tidak berhenti hanya sampai website.
Langkah berikutnya terjadi ketika teman SMK-ku menghubungiku. Mereka tengah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) di kampusnya, dan membutuhkan bantuan untuk membuat aplikasi berbasis Android. Proyek tersebut diberi nama Q Fayah, sebuah aplikasi yang menjawab isu sosial yang jarang disorot: krisis bilal mayit. Aplikasi ini dirancang untuk menjadi panduan praktis dalam pelaksanaan fardu kifayah, dengan bahasa yang sederhana, interaktif, dan mudah diakses oleh generasi muda maupun masyarakat umum.
Proyek Q Fayah tidak hanya memberiku kesempatan menciptakan sesuatu yang berguna secara sosial, tetapi juga membuka mataku bahwa pemrograman bisa menjadi alat perubahan. Tak hanya menyelesaikan masalah teknis, tapi juga menjawab kebutuhan kemanusiaan dengan pendekatan yang inklusif dan berkelanjutan.
Tak berselang lama, datang proyek lain yang jauh lebih kompleks dan menantang: Aplikasi RAMA (Rakyat Mart). Konsepnya ambisius, mengintegrasikan dunia digital dengan pasar tradisional dan UMKM lokal agar mampu bersaing di tengah derasnya arus digitalisasi global. Proyek ini datang dari salah satu temanku yang memiliki visi besar terhadap penguatan ekonomi rakyat saat mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) di kampusnya.
RAMA bukan hanya sekadar marketplace, tetapi hadir sebagai ekosistem digital inklusif. Aplikasi ini memberikan fitur untuk mempermudah pedagang tradisional mengelola transaksi, memperkenalkan produk secara daring, serta menjamin proses pengiriman barang yang aman dan tepat waktu. Dalam pengembangannya, aku dan tim menekankan aksesibilitas, efisiensi biaya, dan keamanan transaksi sebagai fondasi utama.
Yang membuat RAMA begitu berharga adalah kemampuannya menjangkau petani dan produsen lokal yang selama ini terbatasi oleh lokasi geografis untuk menjual produknya secara langsung ke konsumen. Kami juga menyematkan fitur jasa antar-jemput, sehingga pengalaman berbelanja di pasar tradisional terasa modern dan nyaman, tanpa kehilangan sentuhan lokal yang hangat dan personal.
Proses pengembangan RAMA mengajarkanku pentingnya kolaborasi lintas sektor, dari pemilik pasar, UMKM, hingga pengguna akhir. Semua masukan yang kami dapatkan di lapangan membentuk fitur-fitur aplikasi yang benar-benar solutif, bukan hanya inovatif secara teknologi, tapi juga realistis dalam implementasi.
Kini, dengan dua aplikasi di Playstore dan satu website organisasi yang sudah go-live, aku menyadari bahwa menjadi programmer bukan hanya soal menulis kode, tetapi tentang bagaimana menyusun solusi yang bisa menjawab tantangan nyata. Dari membangun dokumentasi organisasi, membantu ibadah sosial, hingga menghubungkan pasar tradisional dengan dunia digital, semuanya menjadi perjalanan yang menyadarkanku bahwa teknologi, jika digunakan dengan hati, bisa jadi jembatan menuju perubahan yang nyata.
Komentar
Posting Komentar