Memanfaatkan Ilmu Sekolah untuk Penghasilan Tambahan


Perjalanan karierku dalam dunia desain grafis dimulai bukan dari sebuah agensi besar atau portofolio penuh karya, tapi dari ruang kelas SMK jurusan Multimedia. Di sanalah aku pertama kali mengenal software desain seperti CorelDRAW, Adobe Photoshop, dan Illustrator. Ketika banyak teman masih bingung menentukan arah, aku sudah jatuh cinta pada seni visual yang bisa bercerita tanpa kata. Bagiku, desain bukan hanya soal bentuk, tapi tentang menyampaikan pesan secara visual dan menyentuh emosi orang lain melalui warna, tipografi, dan komposisi.

Pelajaran di sekolah memang menjadi fondasi teknis, tapi pengalaman nyatalah yang membentuk insting kreatifku. Peluang pertamaku datang dari seorang teman dekat yang melatih tim futsal. Ia meminta bantuanku untuk membuatkan logo tim futsal yang sedang ia bentuk. Aku mengerjakannya dengan serius, mulai dari sketsa awal, eksplorasi warna, pemilihan font, hingga revisi-revisi kecil yang memperhalus hasil akhir. Setelah beberapa kali diskusi, akhirnya logo itu rampung dan dia sangat puas. Dari proyek kecil inilah aku mendapatkan bayaran pertamaku sebesar Rp. 500.000, yang terasa begitu besar dan bermakna di saat itu. Di momen itu aku sadar, bahwa keahlian desainku bisa menjadi nilai jual.

Sejak saat itu, tawaran desain mulai berdatangan dari mulut ke mulut. Ada yang minta dibuatkan pamflet kegiatan, desain baju kaos dan PDH, sertifikat, CV, Banner dan Spanduk Usaha, Brosur, Majalah dan Cover Majalah, desain kartu nama, bahkan desain undangan digital dan tag produk serta kartu ucapan hari besar. Aku mulai sering bereksperimen dan mengunggah hasil-hasil karyaku ke media sosial. Salah satu tempat yang aku gunakan sebagai etalase digital adalah akun Instagram: rabkamadbarlanagroup. Di sana, aku mulai menata hasil-hasil desainku agar dapat dilihat calon klien dengan mudah. Aku ingin menciptakan kesan bahwa meskipun aku bekerja secara independen, kualitas desainku tetap profesional dan konsisten.

Berbekal pengalaman dan portofolio yang terus berkembang, aku pun mulai berani menerima pesanan desain dengan berbagai gaya. Mulai dari flat design, grunge, vintage, sampai desain minimalis modern. Setiap klien datang dengan kebutuhannya masing-masing, dan aku belajar untuk tidak hanya mendesain berdasarkan seleraku sendiri, tapi juga memahami identitas dan pesan dari brand yang mereka bawa. Desain bukan soal ego, tapi soal bagaimana membuat sesuatu yang mewakili siapa mereka di mata audiens.

Dari klien kecil-kecilan, aku kemudian mulai merambah ke project organisasi mahasiswa, komunitas lokal, hingga tim kreatif di berbagai kegiatan sosial dan kampus. Meskipun belum sebesar agensi profesional, namun setiap hasil desain yang berhasil digunakan orang lain dengan bangga selalu memberiku kepuasan tersendiri. Ada rasa bangga ketika pamflet buatanku terpajang di tempat umum, atau saat logo yang aku desain dicetak dan terpampamg dimana-mana.


Tidak jarang, aku juga diminta untuk memberikan revisi cepat atau brainstorming konsep desain dadakan di malam hari. Tantangan seperti itu justru menjadi latihan yang membuatku lebih sigap, kreatif, dan fleksibel. Aku pun belajar menggunakan mockup profesional agar hasil desain bisa ditampilkan lebih meyakinkan saat presentasi kepada klien.

Kini, desain grafis bukan lagi sekadar hobi atau tugas sekolah. Ia telah menjadi bagian dari identitasku, juga sumber penghasilan yang mendukung berbagai aktivitas dan impianku. Bahkan dalam berbagai bidang yang aku tekuni saat ini, seperti event organizing atau pengembangan konten, kemampuan desain menjadi nilai tambah yang terus aku manfaatkan. Kadang aku berpikir, seandainya dulu aku tak mengambil jurusan multimedia, mungkin aku tak akan pernah mengenal dunia visual yang begitu dinamis ini.


Melalui akun Instagram dan jaringan orang lain yang puas dengan hasil kerjaku, aku percaya karier ini akan terus berkembang. Aku tidak pernah membatasi diri hanya pada desain statis, karena suatu hari nanti, aku ingin memperluas kemampuan ini ke arah motion graphic, UI/UX, dan desain untuk aplikasi mobile. Dunia visual selalu berubah, dan aku ingin terus tumbuh bersamanya.

Desain telah memberiku banyak hal: kepercayaan diri, pengakuan karya, dan peluang untuk dikenal lebih luas. Dan dari satu logo futsal itu yang mungkin tampak sederhana bagi orang lain, tetapi aku belajar satu hal penting: setiap karya desain punya potensi besar bila kita kerjakan dengan sepenuh hati.

Komentar