Jejak Langkahku di Dunia Event Organizer
Perjalananku sebagai event organizer tidak dimulai dari panggung besar, melainkan dari semangat kecil yang tumbuh di ruang kelas dan halaman sekolah. Saat duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan, aku aktif dalam kegiatan organisasi, khususnya OSIS. Dari sanalah aku mulai terlibat dalam pengorganisasian berbagai acara sekolah. Salah satu momen tak terlupakan adalah saat aku dipercaya menjadi bagian dari tim yang menyelenggarakan konser amal bersama Bang Iss dari Payung Teduh, dalam rangka aksi kemanusiaan untuk Bela Rohingya yang digagas oleh Dompet Dhuafa. Acara itu bukan hanya menyatukan solidaritas, tapi juga jadi pengalaman pertamaku mengatur acara berskala besar dengan menghadirkan musisi nasional.
Tanggung jawab terus berkembang. Aku dan tim OSIS kala itu juga turut mengkoordinasi penyambutan tokoh-tokoh nasional seperti Ketua MPR RI Zulkifli Hasan dan Anggota DPR RI Tifatul Sembiring yang berkunjung ke sekolah. Ini bukan sekadar seremoni, tapi menjadi momen penting di mana aku belajar protokoler, manajemen waktu, dan komunikasi lintas generasi. Dari perencanaan rundown hingga penataan kursi tamu VIP, semua aku pelajari langsung di lapangan. Tak lama kemudian, aku juga ikut terlibat dalam penyelenggaraan promo besar-besaran dari Telkomsel, Torabika, dan Indosat yang menggandeng sekolahku sebagai salah satu titik kampanye pemasaran mereka.
Panggungku kemudian meluas. Dari sekolah, aku mulai mencari ruang yang lebih luas untuk tumbuh. Aku bergabung dengan Abhipraya Event Organizer, sebuah tim event kreatif yang sering menangani seminar, pelatihan, dan gathering berskala nasional. Salah satu tonggak penting dalam perjalananku bersama Abhipraya adalah saat kami menyelenggarakan Seminar Nasional "Secret Creative Event and Public Relations", yang menghadirkan pembicara dari kalangan praktisi komunikasi, PR, dan media. Di sini aku belajar betapa detailnya mempersiapkan sebuah event dari awal: mengurus proposal sponsor, menentukan venue, hingga merancang aktivitas yang engaging untuk peserta.
Tak hanya berhenti di dunia seminar, aku juga sempat terlibat dalam kegiatan Kopiwriting JNE x Kompasiana sebuah kolaborasi kreatif antara perusahaan logistik dan komunitas penulis. Event ini mengajarkan aku bagaimana menyatukan dua dunia yang berbeda 'logistik dan literasi' dalam satu kegiatan inspiratif. Di tengah proses, aku turut serta dalam penyusunan rundown, persiapan teknis, dan koordinasi dengan pihak eksternal seperti media partner dan pembicara.
Namun pencapaian yang paling mengesankan bagi diriku pribadi adalah saat dipercaya menjadi bagian dari tim penyelenggara peringatan 100 tahun Kantor Kereta Api Medan. Event ini bukan hanya soal selebrasi, tapi juga penggalian nilai sejarah yang dibalut dengan pertunjukan seni dan pameran barang antik dari kantor kereta api medan. Aku bertugas untuk memandu teman-teman sekolahku yang lain untuk menjelajahi kantor kereta api Medan untuk memperkenalkan ke mereka barang dan foto kereta api peninggalan dari zaman belanda dulu. Melihat masyarakat kota Medan hadir dengan antusias membuatku merasa seluruh lelah persiapan berhari-hari itu terbayar lunas.
Selain dalam dunia profesional, aku juga terus mengasah kemampuanku dalam komunitas. Sebagai Ketua Panitia di lingkungan remaja masjid, aku telah berulang kali dipercaya untuk menyelenggarakan peringatan hari besar Islam seperti Maulid Nabi dan Isra Mi'raj. Walau skalanya lebih kecil dibandingkan event-event nasional yang pernah kupegang, tapi justru dari sinilah aku memulai untuk mengasah kepekaan sosial, empati, dan kemampuan mengelola acara dengan keterbatasan dana namun tetap maksimal dalam pelaksanaan acara yang aku emban saat aku masih duduk di bangku SMP.
Salah satu hal yang paling aku nikmati dari dunia event organizer adalah dinamika dan kecepatan kerja. Tak ada dua acara yang benar-benar sama. Setiap event membawa tantangan berbeda, baik dari sisi teknis, SDM, maupun mood penonton. Tapi justru dari situlah aku belajar menjadi lebih adaptif dan tenang di tengah tekanan. Aku belajar bahwa keberhasilan sebuah event tidak hanya diukur dari sorakan penonton atau jumlah peserta, tapi juga dari efisiensi, kebersihan eksekusi, dan kepuasan stakeholder.
Dari mengatur tempat duduk di acara sekolah hingga menyambut tamu kehormatan, dari merancang poster untuk seminar hingga mengarahkan MC dan teknisi panggung, semua adalah bagian dari pengalaman yang membentukku. Tak jarang aku menjadi juru solusi di tengah kebingungan teknis atau bahkan menjadi penyeimbang suasana ketika mood panitia mulai turun. Inilah dunia yang membuatku terus tumbuh: dunia yang mengajarkanku arti kerja tim, kepemimpinan, dan kesigapan.
Jika aku diminta untuk menyebutkan satu bidang yang paling membuatku merasa hidup, maka event organizing adalah jawabannya. Setiap acara adalah cerita baru. Setiap stage adalah panggung pembelajaran. Dan setiap tantangan adalah ruang untuk berkembang. Aku percaya, selama aku masih bisa berpikir kreatif, bekerja dengan hati, dan menjalin komunikasi yang baik, dunia ini akan terus menjadi bagian dari perjalanan panjang hidupku.
Komentar
Posting Komentar