Menapaki lapangan untuk belajar yang berbeda



Berbeda dengan magang dari tahun sebelumnya, di sini aku langsung terjun ke lapangan sejak hari pertama. Bersama pembimbing PKL-ku, kami menelusuri jalanan kota dan desa untuk memeriksa tiang-tiang internet yang berdiri di pinggir jalan. Aku dibekali aplikasi khusus berbasis peta (maps) yang digunakan untuk memfoto dan mencatat setiap posisi tiang. Setiap tiang memiliki identitas berupa kode, dan pekerjaanku adalah memastikan semua itu tercatat dengan benar dan bisa dipantau secara visual melalui sistem.


Kadang kami menemukan tiang-tiang yang nomornya sudah pudar atau hilang sama sekali. Di momen itulah aku harus turun tangan lebih aktif, mencat ulang kode-kode identifikasi agar pihak perusahaan bisa melacak tiang dengan akurat. Meskipun hanya berupa angka dan huruf di atas permukaan besi atau beton, pekerjaan ini penting sekali untuk keperluan dokumentasi dan pengawasan jaringan internet yang tersebar di berbagai area.

Tak hanya mencatat, aku juga belajar cara mengukur jarak antar tiang dengan menggunakan alat yang sebelumnya belum pernah aku sentuh yaitu walking distance meter, atau yang lebih sering kami sebut sebagai “meteran berjalan”. Alat ini membantuku mencatat berapa meter jarak dari satu tiang ke tiang lainnya, data yang nantinya akan digunakan untuk perencanaan penarikan kabel baru atau pemindahan jalur jaringan.


Di sela-sela aktivitas, aku sering mengamati pembimbing dan tim teknisi yang lebih senior. Ada kalanya mereka harus menanam tiang baru, yang tentu saja membutuhkan koordinasi antara pengukuran, pengeboran, dan penanaman. Ada pula saat di mana mereka memanjat tiang lama untuk mengganti kabel atau menyambungkannya ke tiang baru. Semua proses ini kulihat dengan mata kepala sendiri, memberi gambaran yang jelas tentang betapa kompleks dan terstruktur pekerjaan mereka di balik koneksi internet yang sering kita nikmati begitu saja dari rumah.

Yang membuatku kagum adalah bagaimana mereka bekerja dengan penuh ketelitian dan keselamatan. Setiap prosedur dilakukan dengan alat-alat pengaman lengkap. Aku juga belajar bahwa pekerjaan di lapangan menuntut stamina yang tinggi, disiplin waktu, dan kerjasama tim yang erat. Tak jarang kami harus bekerja di bawah terik matahari atau menelusuri gang-gang sempit untuk menemukan titik koordinat yang tepat.

Meski terlihat teknis dan fisik, sebenarnya ada banyak nilai yang bisa aku serap dari pengalaman ini. Aku mulai terbiasa dengan pendataan digital berbasis lokasi, pengukuran real-time, dan bagaimana laporan lapangan disusun secara sistematis agar bisa dikonversi ke dalam bentuk visual, tabel, hingga peta jaringan. Ini tentu relevan dengan keterampilan pengolahan data dan penyusunan laporan proyek yang diajarkan di jurusan multimedia.

Selama masa magang, aku juga mendapat kepercayaan untuk membantu input data hasil lapangan ke dalam sistem internal perusahaan. Sekali lagi, keterampilan dasarku dalam komputer, pengorganisasian file, serta editing sederhana menjadi sangat berguna. Meski awalnya aku merasa berada di dunia yang berbeda, perlahan aku menemukan benang merah antara dunia multimedia dan telekomunikasi lapangan: keduanya membutuhkan dokumentasi visual yang akurat, sistem kerja yang rapi, dan komunikasi yang efektif.

Setiap sore, saat kami kembali ke kantor setelah seharian menjelajah tiang demi tiang, ada kepuasan tersendiri yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata. Aku belajar langsung dari orang-orang yang sudah lama bekerja di bidangnya, dan merasa menjadi bagian dari proses nyata yang menunjang kebutuhan digital masyarakat.

Magang di PT. Prima Indo Sentosa adalah pengalaman unik yang memperluas pandanganku. Tidak hanya belajar tentang kabel, tiang, atau jaringan, tapi juga belajar tentang kerja keras, ketelitian, dan pentingnya infrastruktur yang tersembunyi namun sangat vital dalam kehidupan sehari-hari. Dari tiang ke tiang, aku menemukan arah baru dalam cara berpikir, bekerja, dan beradaptasi di dunia profesional.

Komentar